Review : the Da Peci Code

Ini bukan kisah tentang misteri 'peci suci' ala 'cawan suci' yang disembunyikan oleh para Biarawan Sion. Ini adalah kisah menggelitik seorang anak Jakarte yang kritis juga romantis... *** "Sebuah kisah yang renyah." – FORUM Keadilan

"Perbenturan nilai yang kerap terjadi antara anak dan ayah yang saling ngotot ini justru tergambar dengan kelucuan-kelucuan." – GATRA

"Novel ini bikin penasaran dan menghibur, deskripsi latar cerita dan penuturannya juga ngalir banget. Rugi kalau dilewatkan." – ANNIDA

"Novel ini menjadi oase di tengah minimnya novel yang mengurai sejarah, sosial, dan budaya masyarakat Arab-Betawi." – Warta Kota

"Kritis, kocak, dan tidak mengguncang iman." – Majalah Aneka Yess

Judul : Hikayat the da peci code
Penerbit : Bentang Pustaka
Pengarang : Ben Sohib
ISBN : 978-602-8811-06-4

Sinopsis
Andai saja Rosid mau mencukur rambut kribonya yang segede gunung itu, pastilah rumah Mansur Al-Gibran tak selalu diwarnai percekcokan. Bayangkan saja, betapa malunya Mansur jika Rosid harus menghadiri acara keluarga Al Gibran tanpa mengenakan peci putih yang telah berabad-abad menjadi tradisi leluhur keluarga besar Al Gibran. Dia yakin, di belakangnya para kerabat mencibir ulah Rosid. Rasanya Mansur sudah gagal mendidik anak. Tidak, Mansur harus bisa mengembalikan Rosid ke jalan yang benar, ke tradisi yang selama ini dijunjung tinggi oleh para leluhur Al Gibran. Mansur punya gagasan yang pasti cespleng!

Berhasilkah Mansur dengan gagasannya itu? Sementara itu, Rosid tetap berkeras dengan rambut kribo dan keyakinannya. Mansur pun tak habis akal. Masih ada seribu cara di kepalanya. Apakah Rosid akan mengalah?

Review
Memakai peci putih memang telah berabad-abad menjadi tradisi di keluarga al-Gibran, telah merekat demikian kuatnya di kepala-kepala orang-orang al-Gibran. Dan Rosid datang membawa pendapat yang kontroversial tentang peci putih itu.

Sering gak sih kita mempertanyakan kenapa pakai sarung, peci, itu dianggap orang alim, dan diidentikkan itu baju islami ? Padahal itu bukan satu-satunya baju islami hanya produk kebudayaan saja, sama seperti surban, gamis dsb, yang ada di Arab.

Rasul lahir dan hidup di Arab, pada masa yang memilliki mode pakaian tersebut. Hal tersebut terus terjaga dan menjadi kebudayaan disana. Nah, kata siapa itu baju islami satu-satunya? Abu Jahal juga pakai surban dan gamis kok.
Sarung itu dari kebudayaan Hindu, peci itu dipakai di Yahudi, Kristen dan Islam,

Baju itu tidak memiliki agama, tapi manusialah yang membuat baju itu pantas tidak mengikuti perintah agama. Jadi gak ada baju islami, semua baju yang menutup aurat dan sesuai penafsiran agama ya itu baju yang tepat

The Da Peci Code memiliki caranya sendiri dalam menyampaikan nilai-nilai religinya. Sebuah style yang tidak menuntut pembaca untuk menyetujui setiap amanat yang disampaikan. Ceritanya renyah, namun bukan berarti ringan. Lucu, namun tidak pantas disebut kocak. Kritis, namun membangun. Serius, namun mengalir tenang.


Kesimpulan
Membaca novel ini, membuka pikiran mengenai persoalan yang kita pinggirkan karena tabu untuk dibicarakan. Kita terlalu pengecut untuk memikirkan hal-hal yang sudah biasa kita jalani, tak sadar itu untuk apa. Saya hanya ingin mengajak pembaca tulisan ini berpikir lagi, berani memiliki pendapat, tidak hanya sekedar ikut-ikutan

Reading level
“Perbenturan nilai yang kerap terjadi antara anak dan ayah yang saling ngotot ini justru tergambar dengan kelucuan-kelucuan.” Entah bagaimana bisa, setelah menyetujui komentar gatra tersebut, saya berpikir bahwa novel ini pas untuk seorang anak, pas untuk seorang ayah dan pas untuk orang yang sedang butuh kelucuan

Rating
3 Bintang