Review : Swordless Samurai

“Kode etik samurai bukan sekedar meliputi penggunaan senjata, yang menguntungkan untukku, karena aku punya reputasi sebagai petarung terburuk dalam sejarah Jepang! Namun senjata paling ampuh yang kumiliki adalah benakku: Kau bisa menyebutku samurai tanpa pedang.” (hal.4)

Sebagian besar penaklukan yang kulakukan terjadi tanpa pertumpahan darah, dan banyak orang berkata bahwa aku adalah diplomat terbaik dalam sejarah Jepang.” (hal. 101).


Judul Buku : Swordless Samurai
Penulis : Kitami Masao
Penerbit : Redline Publishing
Tebal : 280 Halaman

Jepang abad ke-16 merupakan zaman pembantaian dan kegelapan. Zaman dimana satu-satunya hukum yang ada adalah hukum pedang.

Dalam tatanan masyarakat hierarkis yang kaku dan melarang keras penyatuan kelas sosial, Hideyoshi lahir sebagai seorang anak petani miskin. Hideyoshi yang hanya setinggi 150 senti dan berbobot lima puluh kilogram serta tidak memiliki kemampuan bela diri, tampaknya mustahil untuk menjadi seorang samurai. Tetapi dialah yang menjadi pemenang tunggal dari perang berkepanjangan dan berhasil menyatukan negeri yang sudah tercabik-cabik selama lebih dari 100 tahun. Dialah Sang Samurai Tanpa Pedang.

Ditulis dengan gaya bertutur dari sudut pandang pihak pertama, seolah-olah buku ini merupakan memoar Hideyoshi, sehingga kita akan terbawa ke dunia di mana Toyotomi Hideyoshi hidup.

Review
Ketika mendengar kata Samurai pasti yang terlintas di pikiran kita adalah seorang pendekar pedang dari Jepang. Namun bagaimana jika seorang samurai tanpa pedang (swordless)? Tapi itulah yang diceritakan dalam buku ini
Novel ini mengambil sudut pandang orang pertama, sehingga pembaca seolah diajak berbicara langsung oleh Hideyoshi dan terlibat dalam gagasan-gagasannya
Buku ini menceritakan kisah salah satu pemimpin terbesar dari Jepang bernama Toyotomi Hideyoshi. Di mana pada abad ke-16 Jepang berada pada masa kekacauan sehingga hanya hukum pedanglah yang berlaku.

Toyotomi Hideyoshi lahir dari keluarga petani miskin. Parasnya pun tidak menarik hingga ia dijuluki monyet. Tinggi badannya pun hanya sekitar 150 senti meter dan berat badannya 50 kilo gram. Selain itu dia pun tidak memiliki keterampilan bela diri apalagi keterampilan dalam mengayunkan pedang. Bahkan diceritakan bahwa dalam duel satu lawan satu dengan Samurai kelas 3 pun ia bisa kalah.

Namun siapa sangka dengan segala keterbatasannya itu ia akhirnya menjadi orang nomor satu di Jepang pada masa itu. Buku ini menceritakan bagaimana perjuangan seorang Toyotomi Hideyoshi yang awalnya bukan lah siapa-siapa, akhirnya menjadi orang nomor satu di Jepang.

Kesimpulan
Buku ini bukan buku autobiografi biasa dan menjadi sangat penting serta berhasil karena mengandung pembelajaran filosofi manajemen kepemimpinan yang kuat. Dengan metode ekstrapolasi, membaca kisah Hideyoshi sama dengan membaca sejuta kearifan petuah kepemimpinan yang inspiratif. buku ini sangat inspiratif dan memotivasi diri. Bagaimana tidak, seorang yang tidak memiliki apa-apa akhirnya berubah menjadi orang paling penting di seluruh wilayah Jepang. Jepang pada masa itu masih menganut sistem feodalisme dengan kuat. Namun walau pun tidak memiki darah bangsawan, Toyotomi Hideyoshi bisa masuk jajaran bangsawan dengan usaha kerasnya.


Pembelajaran
Seorang pemimpin yang tangguh lahir dari sejumlah bentukan pengalaman hidup, berlangsung dalam kurun waktu tertentu. Ia juga muncul bukan hanya karena bakat yang menaunginya, tetapi juga olah rasa kebulatan tekad. Pemimpin hebat bukan lahir dari keturunan yang hebat, tetapi kemampuan untuk terus belajar dan belajar.

Reading level : dewasa
Rating : 4 Bintang