Review : Manusia Setengah Salmon

“Hidup sesungguhnya adalah potongan-potongan antara perpindahan satu dengan lainnya. kita hidup di antaranya.” (hal. 254)

“Seperti rumah ini yang jadi terlalu sempit buat keluarga kami, gue juga menjadi terlalu sempit buat dia. Dan, ketika sesuatu sudah mulai sempit dan tidak nyaman, saat itulah seseorang harus pindah ke tempat lain yang lebih luas dan (dirasa) cocok untuk dirinya. Rumah ini tidak salah, gue dan dia juga tidak salah. Yang kurang tepat itu bila dua hal yang dirasa sudah tidak lagi saling menyamankan tetap dipertahankan untuk bersama. Mirip seperti gue dan dia. Dan dia, memutuskan untuk pindah” (hal. 29)

"...ternyata untuk mendapatkan sesuatu yang lebih baik, gue gak perlu menjadi manusia super. Gue hanya perlu menjadi manusia setengah salmon : berani pindah"

“Saat ini, gue jadi berpikir, proses pindah hati juga seperti pindah rumah. Terkadang , kita masih membanding-bandingkan siapa pun yang kita temui dengan mantan pacar. Ketika kenalan sama seseorang, kita membandingkan dengan kebiasaan mantan pacar kita. Seperti lazimnya orang yang masih terjebak di masa lalu, orang yang lebih baru pasti kalah dari mantan pacar kita yang sudah lama itu.” (hal. 244)

“Kita gak mungkin selamanya bisa ketemu dengan orangtua. Kemungkinan yang paling besar adalah orangtua kita bakalan lebih dulu pergi dari kita. Orangtua kita bakal ninggalin kita, sendirian. Dan kalau hal itu terjadi, sangat tidak mungkin buat kita untuk mendengar suara menyebalkan mereka kembali.” (hal. 133)

Judul : Manusia Setengah Salmon
Penulis : Raditya Dika

Sinopsis :
Nyokap memandangi penjuru kamar gue. Dia diam sebentar, tersenyum, lalu bertanya, 'Kamu takut ya? Makanya belom tidur?'

'Enggak, kenapa harus takut?'

'Ya, siapa tahu rumah baru ini ada hantunya, hiiiiii...,' kata Nyokap, mencoba menakut-nakuti.

'Enggak takut, Ma,' jawab gue.

'Kikkikikiki.' Nyokap mencoba menirukan suara kuntilanak, yang malah terdengar seperti ABG kebanyakan ngisep lem sewaktu hendak photobox. 'Kikikikikiki.'

'Aku enggak ta'

'KIKIKIKIKIKIKIKI!' Nyokap makin menjadi.

'Ma,' kata gue, 'kata orang, kalo kita malem-malem niruin ketawa kuntilanak, dia bisa dateng lho.'

'JANGAN NGOMONG GITU, DIKA!' Nyokap sewot. 'Kamu durhaka ya nakut-nakutin orang tua kayak gitu! Awas, ya, kamu, Dika!'

'Lah, tadi yang nakut-nakutin siapa, yang ketakutan siapa.'

Review
Manusia Setengah Salmon adalah buku ke enam dari penulis novel komedi Raditya Dika. Di dalam buku terbarunya ini Raditya Dika menyuguhkan 18 bab yang menceritakan makna sebuah kata ‘pindah’ ; pindah rumah, pindah pekerjaan, pindah status dan bahkan pindah hati.
Secara keseluruhan, novel Manusia Setengah Salmon mampu mengocok perut pembaca dengan gaya komedi khas Raditya Dika, namun juga mampu menimbulkan efek galau saat membaca beberapa bab yang ada di dalamnya, yaitu ; Sepotong Hati di Dalam Kardus Coklat, Penggalauan, Mencari Rumah Sempurna, Manusia Setengah Salmon.

Keunggulan dalam buku ini adalah Raditya dika menjadi penulis yang tidak hanya membuat pembaca tertawa saja setelah membaca bukunya, namun juga banyak renungan yang dapat diambil dari setiap akhir bab berupa wejangan singkat dan pesan moral.
Selain itu, buku ini memiliki banyak informasi mengenai pengetahuan – pengatahuan umum mengenai berbagai hal, contohnya pada halaman 252, ‘

Intinya begini: setiap tahunnya ikan salmon akan bermigrasi, melawan arus sungai, berkilometer jauhnya hanya untuk bertelur’.

Perjalanan di negara lain juga memberi banyak informasi penting dan unik seputar negara yang ia kunjungi.


Kekurangan dari buku ini adalah banyaknya presentase kevulgaran disetiap bab yang disuguhkan. Sekitar 15 persen apa yang disampakan berbau porno dan kurang mendidik.

Dapat dilihat pada halaman 94, ‘Lihat tuh, sake-nya tumpah ke selengkangan, kata gue. ‘Bentar lagi tititnya mabok tuh.’ Kata-kata yang digunakan juga banyak mengandung unsur yang tidak pantas dikonsumsi oleh kalangan anak remaja, seperti di halaman 33 ‘Nyokap mencoba menirukan suara kuntilanak, yang malah terdengar seperti ABG kebanyakan minum bir sewaktu hendak photobox.’

Itu bisa menimbulkan persepsi bahwa anak muda metropolitan yang meminum minuman haram, dan lebih dikuatkan lagi dengan kalimat pada halaman 97, ‘Pada akhirnya, kami pulang pukul dua pagi.’

Reading level dewasa

Rating : 3 Bintang