Penulis: Tetsuko Kuroyanagi
Penerbit: PT. Gramedia Pustaka Utama
Tebal buku: 272 halaman
Ukuran: 13.5 x 20 cm
Harga: Rp 50.000,00
Sinopsis
Tetsuko Kuroyanagi, atau yang biasa dipanggil Totto-chan menjadi tokoh sentral di dalam buku ini. Berformat (seperti) catatan harian dari sudut pandang orang ketiga, penulis berhasil menceritakan hampir detil dari kisah masa kecilnya.Tetsuko (yang memiliki nama kecil Totto-chan), memulai kisahnya ketika ia dikeluarkan dari sebuah SD karena ulahnya memanggil pemusik jalanan ketika kegiatan belajar mengajar sedang berlangsung. Beruntung Totto-chan memiliki seorang ibu yang sangat bijak sehingga sang ibu memindahkannya ke SD lain tanpa memberitahukan Totto-chan alasan yang sebenarnya.
Nah, di sekolah barunya ini Totto-chan bertemu dengan kepala sekolah yang sangat ia sukai, yaitu Mr. Kobayashi. Dari dialah kita bisa belajar, betapa sabarnya ia ketika mendengarkan anak didiknya berbicara, betapa ia kreatif menumbuhkan rasa percaya diri bagi murid-muridnya di Tomoe-sekolah yang dipimpinnya-, dan betapa ia begitu memahami perasaan setiap murid-muridnya.Kelasnya saja dilakukan di gerbong-gerbong kereta api yang ‘disulap’ menjadi kelas-kelas. Tidak hanya itu, sekolah ini juga menerapkan aturan di mana tiap anak dapat memilih sendiri susunan pelajaran mereka pada hari itu. Jika anak-anak memulai sekolah dengan pelajaran yang mereka senangi, tentu aktivitas belajar-mengajar akan lebih hidup dan menyenangkan.Mr. Kobayashi juga menanamkan nilai-nilai moral, kemandirian, dan kepercayaan diri pada setiap murid-muridnya. Sang kepala sekolah membiasakan murid-muridnya membawa bekal dari rumah dengan tema makanan “sesuatu dari laut dan sesuatu dari pegunungan” sebagai pelengkap nasi. Kegiatan belajar mengajar pun tidak dilakukan secara monoton di dalam ruang kelas tetapi juga dilakukan sambil berjalan-jalan. Dalam acara “jalan-jalan” tersebut, anak-anak pun mendapat pelajaran berharga tentang sains, sejarah, dan biologi sekaligus.
Tomoe mengajarkan banyak hal kepada anak-anak. Dengan berenang bersama tanpa busana, kepala sekolah ingin mereka paham bahwa semua tubuh itu indah. Jika mereka yang bertubuh cacat ikut berenang, maka rasa malu akan kekurangannya, akan hilang sedikit demi sedikit.
Review
Totto-chan Gadis Cilik di Jendela ini memang bukan terbilang buku baru. Tapi jika ditilik isinya, buku ini tidak mengenal kata out of date. Tetsuko Kuroyanagi sangat piawai dalam mengemas kisah pengalaman hidupnya menjadi sebuah cerita yang lucu dan sarat makna.Saya suka cara Tetsuko Kuroyanagi menceritakan kisahnya. Sederhana, tidak membosankan, justru membuat saya penasaran, ada cerita apalagi ya setelahnya, atau kreatifitas apalagi yang diperbuat oleh Totto-chan, atau ada pelajaran apalagi ya. Hmm, tokoh Mr. Kobayashi dan Ibu Totto-chan menurut saya adalah yang paling menginspirasi karena mereka berhasil menghadapi keunikan Totto-chan tanpa meninggalkan luka di hati Totto-chan. pesan yang ingin disampaikan dari penulisnya sungguh mengagumkan dan perlu ditangkap. Semua anak itu baik, hanya perlu hati yang terbuka untuk dapat mengerti. Semua anak itu hebat, hanya saja perlu kesabaran dan kreatifitas untuk menggali dan mengasah potensi di dalam dirinya.
Reading level
Semua umur
Rating 4 bintang